Untuk aku

Untuk raga yang sedang lelah,

Untuk hati yang masih gelisah,

Untuk pikiran yang sedang berkeluh kesah,

Untuk mata sembab yang masih basah,

Tak apa,

Tak apa,

Tak apa,

Tak apa,

Ingatlah Tuhanmu dalam setiap sujud,

Bukankah Ia telah berjanji bahwa apa yang kita alami adalah hal pasti bisa kita lalui?

Yakinlah janji Allah itu pasti, syurga adalah tempat yang dituju

Sejak kapan ya jadi begini?

“Eh! Lo udah liat belom postingan terbaru si Salsa? Gila sih! Berani banget ya tuh dia sekarang, heran gue!” celetuk salah satu gadis remaja di ujung meja sana, di salah satu cafe masa kini Ibu Kota. Tiga gadis remaja duduk sambil menggenggam ponsel pintar ditangannya, ibu jari mereka asyik menggeser-geser layar kaca ponsel pintar terbaru. Sudah dua jam mereka duduk disana, aku disini sendiri masih dengan buku saku dan laptop yang tersambung dengan internet kecepatan diatas rata-rata. Sesekali aku memerhatikan mereka yang asik bercengkrama, saling memperlihatkan isi layar kaca masing – masing entah apa yang mereka lihat sambil tertawa cekikikan, seru sekali.

Sepertinya sekarang bahan obrolan dan bercandaan anak remaja sudah berbeda dari zamanku. Duh, padahal umur diri sendiri aja masih seumur jagung, kata orang sih quarter life crisis. Selama dua jam itu aku curi-curi dengar percakapan mereka.

“Eh, eh btw nih ya, inget gak sih anak futsal kelas IPS yang  pernah heboh gara-gara pacaran sama senior?”, celetuk si baju kuning.

“Hah? Bentar-bentar, yang mana sih? Kok gue gak tau”, balas si kaca mata sambil mencoba mengingat-ingat.

“Yeee, masa lo gak tau, gak mungkin, lupa doang kali lo. Heboh banget tau satu sekolahan waktu itu, soalnya kan waktu itu kita masih kelas satu terus doi pacaran sama anak kelas tiga kan. Inget banget sih gue”, si rambut panjang menimpali, “Kenapa emang?”

“Yang ini kan ya, orangnya?”, balas si baju kuning sambil memperlihatkan layar kaca ponselnya kepada teman-temannya.

“Ooohhhh, itu iya gue inget!”, seru si kaca mata.”Bener sih, heboh banget kan ya waktu itu. Gile sih, emang cantik sih ya, sekarang dia jadi selebgram bukan sih? Perasaan gue sering liat dia di Instagram. Eh, Mereka masih pacaran gak sih sekarang? Udah putus kan? Kayaknya gue pernah liat gosip apa gitu tentang dia di instagran.” Si kaca mata mulai ingat, siapa yang mereka bicarakan, bukan hanya ingat ia malah memborbardir teman-temannya dengan pertanyaan lain.

“Setau gue sih putus ya, sejak si senior itu lulus dan kuliah di luar kota.” jawab di rambut pirang. “Ih iya! Gile ya, haha. Gak nyanga sih gue, sampe masuk lambe turah kan.” Sepertinya si rambut pirang ini hafal sekali berita terbaru.

“Update banget sih lo. Hahaha”, si baju kuning menimpali.

***

Haah, sejak kapan ya jadi begini? Aib mudah sekali terumbar, tereskpos sana-sini tanpa permisi. Boro-boro klarifikasi, repot amat selama konten terbaru meyakinkan dapet ribuan likes tanpa perlu aba-aba posting saja langsung dengan headline menarik tentunya, tak jarang judul click bait jadi pilihan utama.

Haah, sejak kapan ya jadi begini? Menemukan sisi buruk menjadi mudah sekali, kadang kala lebih mudah daripada menemukan sisi baik.

Haah, sejak kapan ya jadi begini?

Rosane (2)

Rosane (1) cerita sebelumnya

“Nih, minum sampe kenyang” tangannya yang lincah membawa segelas besar jus pisang kedepan meja belajar Joe. Segera saja Joe merapikan beberapa kertas yang berserakan untuk diselamatkan. Ia tak mau mengambil resiko tugas analisis pasarnya basah hanya karena segelas jus pisang dingin ditangannya. Rosane menatap pria itu tajam. Aneh, meskipun kesal karena sepagi buta ini harus bangun untuk membuat jus pisang Rosane tetap saja melakukannya. Ya, apa boleh buat toh ia pun harus bangun pagi, pukul 4 pagi ia sudah harus mulai pergi ke dapur untuk bersiap menyiapkan sarapan. Semua orang dirumah ini betul-betul harus sarapan setiap pagi.

Joe sebetulnya tidak jahat, dia hanya menyebalkan. Semenjak Rosane datang enam bulan yang lalu, seperti kesempatan untuk Joe memanfaatkan Rosane. Mungkin karena ia adalah anak tunggal, jadi ia terbiasa segala keperluannya diurus oleh orang lain, pembantunya tentu saja. Keluarga Natthan memang tidak mau rugi pembantu rumah itu diberhentikan tak lama setelah Rosane datang, toh sudah ada Rosane yang mengerjakan semua urusan rumah tangga. Menghemat pengeluaran tentu saja menjadi asalan utama. Rosane tidak pernah menyangka ia akan tinggal bersama dengan keluarga Natthan, meski ia juga bersyukur setidaknya ada tempat untuk dia tinggal. Pamannya, Joan Natthan, sepupu jauh dari ibu Rosane, adalah satu-satunya orang yang masih tercatat sebagai keluarga Rosane. Sebetulnya bukan keinginan Rosane untuk tinggal bersama dengan keluarga Natthan, ia tidak punya pilihan. Rumah kecil yang ia tinggali bersama ibunya selama ini sudah tidak bisa ia tinggali, urusan hukum memang tidak mudah apalagi untuk orang dengan ekonomi bawah seperti mereka.

Continue reading

Saat Mencari Matahari

Screen Shot 2020-03-23 at 10.32.17 am

Koleksi pribadi

Tadi malam sebelum tidur, terlintas, ‘bagaimana kalau ini adalah malam terakhir’

Tadi malam sebelum tidur, terlintas, ‘bagaimana kalau ini adalah sebuah sinyal kencang bahwa kita ada di akhir zaman’

Tadi malam sebelum tidur, terlintas, ‘bagaimana kalau ini adalah sebuah peringatan karena kita sudah terlalu banyak melanggar’

Tadi malam sebelum tidur, terlintas, ‘bagaimana kalau sebentar lagi suara sangsakala akan terdengar’

Kemarin, masih merasa akhir zaman masih nanti. Kemarin, masih berpikir tenang aja masih ada waktu utk bertaubat. Ya Rabb, angkuh sekali pemikiran diri. Padahal tentang waktu, mutlak sebuah rahasia.

Maaf ya Rabb. Maaf. Izinkan kami untuk masih bisa melihat Matahari.

Ara dan Eja

Hi, how is it going? 

Sebuah pertanyaan yang sangat singkat namun ternyata sulit sekali untuk diutarakan. Well, padahal tidak ada yang salah dengan kalimat tanya singkat itu. Pagi tadi saat Ara bangun dari tidurnya, ia menatap layar smartphone-nya lamat-lamat kemudian mulai mengetik, menghapus, mengetik, menghapus, dan mengetik lagi. Menimbang apa perlu ia tekan tombol biru bergambar pesawat kertas diujung kanan bawah layar kacanya. Akhirnya, ia memilih satu-satunya tombol yang ada di smartphone-nya, tombol home. Ia lebih memilih untuk keluar dari applikasi itu dari pada buang waktu lama-lama tidak karuan. Tidak, tidak, aku tidak cukup berani untuk memulai percakapan bodoh ini, bisik Ara dalam hati. Yang benar saja, Bodoh! Hanya karena semalam dia muncul dalam mimpimu sekarang kau mau mengirimkan pesan singkat konyol itu? Ah, dasar jangan bercanda. Dia ingat kamu saja belum tentu. Tambah Ara membenarkan keputusannya.

Continue reading

Kata Selasa di balik jendela

Jangan salah sangka
Apalagi buruk sangka
Semua laju punya waktunya
Bisa besok atau lusa

Berdoa saja semoga memang sudah saatnya tiba

Bukan karena tak lagi berdendang
Tapi memang sedang berjeda
Bisa saja melaju tanpa lupa
Meski jadinya tak saling menyapa

Berdoa saja semoga memang takdir berjumpa

Kata Selasa biar saja panas menyala
Toh, kita ada di balik jendela

Berawal dari Cerita

Berawal dari seneng denger cerita orang-orang yang bisa jauh merantau ke negeri orang untuk belajar. Baca beragam novel yang berlatar belakang negeri Eropa, denger diskusi-diskusi terbuka tentang pengalaman mereka dalam menuntut ilmu di negeri seberang. Dari segala kerandoman itu mulai ada ketertarikan dengan segala informasi beasiswa-beasiswa yang ramai jadi perbincangan. Awalnya cuma berpikir “wah, luar biasa ya mereka bisa punya banyak kesempatan baik untuk pergi jauh beribu mil jaraknya dari kota kelahiran”. Mana ada kepikiran untuk bisa jadi salah satu dari mereka.

Bukan, bukan, semua pemikiran ini dan kesenangan dengan segala cerita sekolah ke negeri seberang baru beberapa tahun aja terbesit, setelah segala kepusingan tentang skripsi mulai bermunculan, bukan ada dari awal masa kuliah. Awal-awal kuliah cuma ada pikiran jadi panitia ospek, jadi anak BEM, jadi anak sok-sibuk-dengan-urusan-kampus, capaian akademik menjulang? Mana ada kepikir, bisa dapet nilai B aja rasanya udah alhamdulillah, dapet A? Bahagianya bisa lebih-lebih. Apalagi di jurusan yang penuh laporan, dari mulai laporan konseling sampai laporan konstruksi tes. Kepikiran sekolah master keluar negeri? Boro-boro. Sampai akhirnya setelah masuk semester 5. Banyak bermunculan berita baik dari teman yang berkesempatan untuk pertukaran pelajar dan melanjutkan studi di kancah manca negara.

Continue reading

Melangkah untuk Belajar  

 

Berusaha sekuat tenaga untuk kemudian berpasrah pada Sang Maha Kuasa

…..

S__8282119

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman : 13)

 

 Bismillah. Alhamdulillahirabbil’alamin.

Menghitung apa-apa yang kita miliki rasanya gak bakal pernah selesai dalam bilangan manusia, terlalu banyak hingga saking banyaknya mencapai bilangan tak hingga, rasanya terlalu gegabah jika mengkonversi segala yang kita dapatkan dalam hitungan manusia.

Allah SWT memberikan kesempatan pada hamba-Nya untuk senatiasa melangkah agar dapat belajar, bergerak maju untuk semakin mendekatkan diri pada Sang Maha. Tidak perlu berlari kencang jika memang tidak sanggup, tidak perlu berjalan terlalu cepat jika memang terlalu lelah, melangkah lah meski harus tertatih. Wajar jika merasa tak mampu, bukankah kewajiban kita adalah berusaha sekuat tenaga untuk kemudian berpasrah diri pada-Nya? Berpasrah agar Allah SWT mampukan kita untuk terus melangkah, aamiin.

Continue reading