Melangkah untuk Belajar  

 

Berusaha sekuat tenaga untuk kemudian berpasrah pada Sang Maha Kuasa

…..

S__8282119

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman : 13)

 

 Bismillah. Alhamdulillahirabbil’alamin.

Menghitung apa-apa yang kita miliki rasanya gak bakal pernah selesai dalam bilangan manusia, terlalu banyak hingga saking banyaknya mencapai bilangan tak hingga, rasanya terlalu gegabah jika mengkonversi segala yang kita dapatkan dalam hitungan manusia.

Allah SWT memberikan kesempatan pada hamba-Nya untuk senatiasa melangkah agar dapat belajar, bergerak maju untuk semakin mendekatkan diri pada Sang Maha. Tidak perlu berlari kencang jika memang tidak sanggup, tidak perlu berjalan terlalu cepat jika memang terlalu lelah, melangkah lah meski harus tertatih. Wajar jika merasa tak mampu, bukankah kewajiban kita adalah berusaha sekuat tenaga untuk kemudian berpasrah diri pada-Nya? Berpasrah agar Allah SWT mampukan kita untuk terus melangkah, aamiin.

Continue reading

Ada suatu ketika,

Ada suatu ketika, dimana seorang istri bersitegang dengan suaminya, merasa sang suami tidak mengerti dan tidak memahami perasaan sang istri. Yang ia tahu sang suami terlalu banyak menuntut.

Ada suatu ketika, dimana seorang suami bersikukuh dengan istrinya, merasa sang istri tidak melayaninya, dimatanya urusan rumah tidak ada yang beres. Yang ia tahu sang istri terlalu mengabaikan dirinya.

Continue reading

Hari ini gerimis sungguh halus

Hari ini gerimis sungguh halus
Lalu lalang pengendara
Abaikan pakaian yang mulai menghitam, basah

Hari ini gerimis sungguh halus
Lalu lalang ingatan
Abaikan nyata dalam diam, terpaku

Hari ini gerimis sungguh halus
Lalu lalang semangat
Abaikan lelah dalam riang, syukur

Hari ini gerimis sungguh halus
Lalu lalang harapan
Abaikan rindu dalam tangis, berdoa

Anak Perempuan dan Wanita Tangguh

“Karena setiap anak perempuan diciptakan untuk kemudian menjadi seorang wanita yang tangguh”

Siluet-Hijab

sumber : google.com

Aku tahu, tidak mudah menjadi seorang anak perempuan pun menjadi seorang anak laki-laki. Tapi yang aku tahu, selalu ada saja ada hal yang menjadi bahan per-galau-an bagi anak perempuan. Mungkin saat masih kanak-kanak, semua seperti biasa-biasa saja. Semua terasa sangat menyenangkan tidak ada yang dipusingkan sampai suatu ketika bertumbuh menjadi seorang remaja tanggung dengan segala kerisauan hati, menjadi super cute, bermanja-manja untuk menarik perhatian anak laki-laki, gusar karena rambut yang susah diatur, jerawat yang muncul pada waktu dan tempat  yang sembarang, badan yang tidak seperti para model, atau muram karena anak laki-laki yang datang hanya untuk memberi harapan palsu, dan hal-hal remeh temeh lainnya.

Kawan, yang sekarang aku tahu menjadi seorang wanita bukan tentang segala sifat remaja tanggung, bermanja-manja, berpose cantik, memajang segala keunggulan yang sifatnya artifisial, bukan. Menjadi wanita adalah menjadi seseorang yang tangguh, yang bisa diandalkan dan mandiri. Dinanti untuk menjadi seseoarang yang bisa mendamaikan hati. Tidak mudah memang, sungguh tidak mudah. Tapi aku yakin, segalanya bisa dilakukan jika dilandaskan dengan kesungguhan hati.

Diujung Gang –2. Tawuran Besar

Diujung Gang -1. Pertemuan Pertama 

Aku bahkan tidak tahu, bahwa disana ada orang lain yang juga memperhatikan ku. Ya bagaimana pula menurutmu, sudah hampir jam 9 malam saat itu, kesedaranku sudah hampir terkuras, menyisakan sedikit saja kesiagaan, saat kejadian menyeramkan itu terjadi secepat kilat tanpa aba-aba, tanpa peringatan. Mungkin mudah saja bagiku jika saja saat itu aku tidak lelah. Ah, apa pula untungnya aku mengeluh sekarang, hanya buang energi saja. Hanya sepersekian detik semua kejadian tidak menyenangkan itu terjadi, teriakan saling susul menyusul menggema dilangit malam.

Aku masih belum mengerti, belum sepenuhnya membaca keadaan, ternyata wilayah kami telah dikepung oleh para remaja tanggung yang mengamuk, membawa senjata tajam dengan mata merah beringas. Hati mereka penuh dendam, amarah tak termaafkan. Hari ini persis satu tahun dari kejadian tawuran remaja tanggung antar kampung itu terjadi.

Namaku Romi, aku masih berumur 8 tahun saat kejadian mengerikan itu terjadi. Untuk anak laki-laki usia 8 tahun aku termasuk anak yang cekatan dibanding anak seumuran ku. Malam itu, entah sudah berapa banyak letusan senapan angin mengudara dan pedang-pedang panjang saling berdentang, yang tidak punya senjata pun tidak mau kalah berjibaku saling baku hantam membela masing-masing kampung, bertarung saling mempertahankan harga diri.Padahal menjaga harga diri tidak perlu dengan baku hantam dan senjata tajam. Anehnya kenapa banyak orang yang setuju bahwa mempertahankan harga diri harus dengan baku hantam dan senjata tajam.

Malam itu aku sedang duduk didepan halaman rumah, rumah kami tidak besar tapi asri Bunda senang sekali bercocok tanam, rasanya semua benih yang kata orang bagus Bunda tanam dihalaman depan rumah kami. Aku menunggu kedatangan Bapak yang dinas dari luar kota sebenarnya Bunda sudah berulang kali menyuruhku masuk, menunggu didalam rumah. Tapi aku bersikukuh menunggu Bapak di halaman rumah kami, Bapak janji membawa mainan untukku sepulang dinas. Bunda bilang, kalau sampai jam 9 Bapak belum sampai aku harus masuk rumah, menunggu didalam saja.

Pukul 8.51 Bapak belum juga pulang, aku menunggu Bapak sambil mengantuk tadi siang seru sekali mengejar layang-layang putus, biasanya sampai jam 10 malam pun aku masih menunggu Bapak, tapi entah malam ini rasanya lelah sekali, mungkin karena siang tadi aku mengejar delapan layangan putus.

Bapak kerja sebagai supir di kantor. Kantor Bapak bukan kantor besar, hanya kantor Notaris. Setelah Bapak berhenti jadi satpam disalah satu Bank Daerah Bapak diajak Mang Dullah belajar mengendarai mobil, lumayan barang kali esok-lusa ada yang butuh supir kata Mang Dullah.

bersambung

Diujung Gang –1. Pertemuan Pertama

Tidak berbeda dengan rumah lainnya, dua ruangan tanpa banyak furnitur dan satu kamar mandi, ruang tamunya cukup diisi oleh delapan orang yang duduk saling berdekatan di lantai. Tidak banyak hiasan dinding, hanya ada satu kaca menggantung sepi diantara warna putih cat dinding, sudah pudar memang warna cat dinding itu, seperti sudah lama dibiarkan tanpa pembaharuan.

Siang itu matahari terlalu terik. Membuat orang-orang terlalu malas keluar rumah. Aku baru saja sampai didepan gang itu, menengok kanan-kiri takut-takut salah alamat. Dari kejauhan dia sibuk melambaikan tangan mendekat kearahku. Aku masih belum tahu persis apakah dia memang melambaikan tangan kearahku. Jarak diantara kami semakin dekat saja hanya beberapa meter, sekarang aku yakin dia sedang tersenyum kearahku. Aku mencoba memperbaiki kemejaku yang sedikit kusut berusaha menampilkan penampilan yang terbaik dipertemuan pertama kami.

Namanya Nova. Rambutnya panjang terurai, mengenakan pakaian kasual kaos hitam dan celana jins belel biru dongker. Ini kali pertama aku bertemu dengannya, perawakannya tinggi dan dadanya bidang, tampan. Seperti pria kebanyakan hanya saja cara jalannya dan cara dia menyapa membuatku sadar bahwa ia tidak seperti pria kebanyakan. Belakangan aku tahu bahwa nama Nova itu nama barunya tiga tahun terakhir ini. Nova membawaku menuju ujung gang itu, rumah dengan dua ruangan tanpa banyak furniture itu berpintu hijau, didalam sudah ramai ada beberapa orang sedang asik berbincang, tidak ada yang aku kenal. Berbilang detik saja aku sudah berada dalam ruangan bercat putih dengan satu kaca menggantung sepi didinding aku bergabung dengan mereka.

Tercium aroma rokok didalam ruangan, sepertinya mereka merokok sebelum aku datang beberapa waktu lalu. Aku tersenyum canggung masih asing dengan kondisi sekitar. Ada enam orang didalam ruangan itu, dua orang remaja dan empat orang dewasa lainnya, dengan bergabungnya aku dan Nova semua berjumlah delapan orang. Nova mengenalkan aku pada enam orang lain dalam ruangan itu. Dua remaja yang duduk disebelahku namanya Citra dan Neng Lika. Rambut Citra setelinga sengaja dibaiarkan memanjang, berwarna hitam dengan model belah tengah ia menggunakan kaos yang sama dengan Nova, warnanya hitam. Neng Citra rambutnya pendek, ia selalu tersenyum memperlihatkan giginya memamerkan gincu merah dibibirnya, badannya paling kurus diantara yang lain, wajahnya cukup tampan untuk ukuran pria. Berbeda dengan Nova dan Citra, Neng Lika menggunakan kaos berwarna kuning terang berkerah V dengan tiga kacing warna-warni. Ia terlihat paling ceria diantara yang lain. Usia mereka hanya berjarak enam tahun saja dariku, usia mereka 17 tahun baru lulus SMA tahun ini katanya.

to be continue..

Jika Hati Sebening Kristal

Jika hati sebening kristal maka seharusnya tak ada kejahatan dalam diri manusia karena itu akan terlihat jelas, membentuk pola hitam diantara beningnya kristal. Namun sayang, manusia tidak dicipatkan Tuhan dari kristal. Disitulah seninya, bukankah Tuhan memberikan kesempatan untuk manusia menjaga hati agar tetap terlihat indah meski manusia diciptakan Tuhan dari tanah?

Hati yang Bemuram Durja

Kata orang laut itu luas, kataku laut itu nestapa. Kata orang langit itu tinggi, kataku langit itu derita. Kata orang mentari itu indah, kataku mentari itu muram. Kata orang bulan itu elok, kataku bulan itu durja. Duhai Bunda, mengapa kau lahirkan aku jika hidup tak semanis gula-gula, jika hidup bagai jalan diatas duri?

Bagaimanalah anak adam selalu saja menuduh, membiarkan hati menyempit meski selalu ada pilihan untuk meluas. Semoga Tuhan, membiarkan hati kita meluas ketika tanpa sadar sedang menyimpit. Amiin, amiin.

Wahai Hati, bagaimana kabar Iman?

Rabb Maha Perkasa, biarkan raga ini bergerak pada arah yang tepat, arah menuju ridha-Mu.
Rabb Maha Kasih, biarkan hati ini dinaungi asma-Mu, hingga senantiasa berada dalam penjagaan-Mu.

Apa kabarmu, Raga?
Kuharap engkau baik karena Allah mengintsal teknologi tercanggih dalam setiap bagianmu. Tak ada satu detail pun yang terlewat agar semua sistem yang ada berjalan secara otomatis tanpa perlu aba-aba. Nafasmu, pencernaanmu, bahkan kedipan matamu, semuanya berjalan pada waktu yang tepat. Bukankah benar begitu?

Apa kabarmu Jiwa? Bagimana kabar Hati?
Kuharap engkau juga senantiasa ada pada keadaan terbaik karena Allah meniupkan ruh yang begitu halus saat engkau pertama kali terlahir di bumi. Tak ada kejahatan yang ikut bersamamu saat pertama kali adzan dikumandangkan di telinga. Bukankah panggilan itu sungguh indah? Semoga kau tidak lupa bagaimana lantutan itu terdengar lembut ditelinga.

Wahai Hati bagaimana kabar Iman hari ini?
Sungguh Rabb Yang Maha Perkasa, tidak akan terganggu jika memang engkau sedang lemah. Tidak berkurang sedikit pun kekuasaan Arsy-Nya, meski engkau sedang tidak bersimpuh pada-Nya. Tapi Sayang, bukankah engkau yang sungguh memerlukan keberadan-Nya, bukankah engkau yang tak berdaya jika tanpa-Nya? bukankah engkau yang hanya bisa bersimpuh memohon pertolongan pada-Nya?